RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Sekolah Mata pelajaran Kelas/Semester Alokasi Waktu
: : : :
SMA N 10 Bengkulu Kimia X / I (Ganjil) 9 JP
A. Kompetensi Inti (KI) KI-1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya. KI-2
:
Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
KI-3
:
KI-4
:
Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerap-kan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkrit dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan.
B. Kompetensi Dasar dan Indikator Kompetensi Dasar
Indikator
3.5 Membandingkan ikatan ion, ikatan kovalen, ikatan kovalen koordinasi, dan ikatan logam serta kaitannya dengan sifat zat
3.5.1 Mendeskripsikan pengertian ikatan ion dan ikatan kovalen 3.5.2 Memberikan contoh ikatan ion dan kovalen 3.5.3 Menentukan jenis ikatan ion dan kovalen 3.5.4 Membandingkan proses pembentukan ikatan kovalen tunggal dan ikatan kovalen rangkap.
4.5 Merancang dan melakukan percobaan untuk menunjukkan karakteristik senyawa ion atau senyawa kovalen (berdasarkan titik leleh, titik didih, daya hantar
4.5.1 Merancang percobaan untuk menunjukkan karakteristik senyawa ion atau senyawa kovalen (berdasarkan titik leleh, titik didih, daya hantar listrik, atau sifat lainnya)
listrik, atau sifat lainnya)
4.5.2 Melakukan percobaan untuk menunjukkan karakteristik senyawa ion atau senyawa kovalen (berdasarkan titik leleh, titik didih, daya hantar listrik, atau sifat lainnya) 4.5.3 Membuat laporan hasil percobaan
C. Materi Pembelajaran Ikatan kimia D. Kegiatan Pembelajaran 1. Pertemuan Pertama: (3JP) Indikator : 3.5.1 Mendeskripsikan pengertian ikatan ion dan ikatan kovalen 3.5.2 Memberikan contoh ikatan ion dan kovalen
Kegiatan Pendahuluan
Kegiatan Inti
Langkah-langkah Discovery Learning Menciptakan Situasi (Stimulasi)
Problem Statement (mengidentifikasi masalah)
Alokasi Waktu
Deskripsi Kegiatan Mengkondisikan suasana belajar yang menyenangkan mendiskusikan kompetensi yang sudah dipelajari dan dikembangkan sebelumnya berkaitan dengan kompetensi yang akan dipelajari dan dikembangkan Guru Mengingatkan kembali penulisan konfigurasi elektron Siswa mengerjakan soal latihan yang berhubungan dengan penulisan konfigurasi elektron Apakah hubungan konfigurasi elektron ikatan kimia ?
antara dengan
Apakah perbedaan antara kaidah duplet dan oktet? Guru memberikan informasi tentang kestabilan unsur Guru memberikan informasi tentang ikatan ion dan ikatan kovalen
20 menit
90 menit
Guru menjelaskan proses terbentunya ikatan ion dan ikatan kovalen
Data Collecting (mengumpulkan data)
Mencari dan mengumpulkan data/informasi tentang hubungan konfigurasi elektron tersebut dengan ikatan ion dan kovalen melalui studi literatur
Pengolahan data dan analisis
Mengerjakan soal latihan yang berhubungan dengan proses pembentukan ikatan ion dan kovalen
Verifikasi
Membahas hasil penyelesaian soal-soal latihan melalui diskusi kelas
Generalisasi
Penutup
Peserta didik menggeneralisasikan
hasil kesimpulannya untuk membandingkan proses pembentukan ikatan ion dan kovalen
Siswa dan guru mereview hasil kegiatan pembelajaran Guru memberikan penghargaan kepada siswa yang mengikuti proses pembelajaran dengan baik/ aktif Siswa menjawab soal tentang ikatan ion Pemberian tugas tentang ikatan kovalen
25 menit
2. Pertemuan Kedua: ( 3 JP) Indikator : 3.5.3 Menentukan jenis ikatan ion dan kovalen
3.5.5 membandingkan proses pembentukan ikatan kovalen tunggal dan ikatan kovalen rangkap.
Kegiatan
Langkah-langkah Discovery Learning
Deskripsi Kegiatan
Alokasi Waktu
Pendahuluan
Menciptakan Situasi (Stimulasi)
Mengkondisikan suasana belajar yang menyenangkan
20 menit
Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengerjakan hasil pekerjaan rumahnya dari pertemuan sebelumnya Guru mengevaluasi siswa
Kegiatan Inti
hasil
kerja
Problem statemen (pertanyaan/ identifikasi masalah)
Guru memberikan informasi tentang ikatan ion dan ikatan kovalen Bagaimanakah proses terjadinya ikatan ion dan ikatan kovalen?
Pengumpulan data
Siswa membaca literatur tentang proses pembentukan ikatan ion dan ikatan kovalen
40 menit
Guru menjelaskan proses terbentunya ikatan ion dan ikatan kovalen Pengolahan data dan analisis
Guru memberikan contoh soal tentang proses pembentukan ikatan ion dan ikatan kovalen Siswa mengerjakan soal latihan yang berhubungan dengan proses pembentukan ikatan ion dan kovalen
Verifikasi
Generalisasi
Penutup
Guru dan siswa membahas hasil penyelesaian soal-soal latihan melalui diskusi kelas Peserta didik menggeneralisasikan hasil pembelajarannya untuk membandingkan proses pembentukan ikatan ion dan kovalen Siswa dan guru mereview hasil kegiatan pembelajaran Guru memberikan penghargaan kepada siswa yang mengikuti proses pembelajaran dengan baik/ aktif Siswa menjawab soal tentang proses pembentukan ikatan ion dan kovalen Pemberian tugas tentang perbedaan proses pembentukan
35 menit
ikatan ion dan kovalen
-
3. Pertemuan Ketiga ( 3 JP) Indikator :
4.5.1 Merancang percobaan untuk menunjukkan karakteristik senyawa ion atau senyawa kovalen (berdasarkan titik leleh, titik didih, daya hantar listrik, atau sifat lainnya) 4.5.2 Melakukan percobaan untuk menunjukkan karakteristik senyawa ion atau senyawa kovalen (berdasarkan titik leleh, titik didih, daya hantar listrik, atau sifat lainnya) 4.5.3 Membuat laporan hasil percobaan
Kegiatan Pendahuluan
Langkah-langkah Cooperative Learning Menyampaikan tujuan percobaan dan memotivasi siswa Menyampaikan informasi Mengorganisir siswa ke dalam kelompokkelompok belajar
Kegiatan inti
Penutup
membimbing kelompok bekerja dan belajar
Deskripsi Kegiatan Guru menyampaikan tujuan percobaan , dan memotivasi siswa untuk melaksanakan percobaan sesuai dengan panduan langkah kerja Guru menyampaikan informasi kepada siswa dengan memberikan penjelasan tentang langkah kerja percobaan Guru membagi siswa dalam kelompok-kelompok untuk melaksanakan percobaan Guru membimbing kelompokkelompok kerja pada saat mereka melakukan percobaan
Mengevaluasi
Guru mengevaluasi laporan hasil percobaan dan masing-masing kelompok mempresentasikan laporan hasilnya
Memberikan penghargaan
Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik cara kerja maupun laporan hasil kelompok kerja
E. Teknik penilaian (terlampir ) Lihat LK 1.4
Alokasi Waktu 20 menit
40 menit
30 menit
(disajikan nama Teknik Penilaian, instrumen lengkap Penilaiansetiap pertemuan dimuat dalam Lampiran Instrumen Penilaian Pertemuan 1, Lampiran Instrumen Penilaian Pertemuan 2, dan seterusnya tergantung pada banyak pertemuan) Bentuk instrumen penilaian : 1. Tes tertulis 2. Lembar kerja F. Media/alat, Bahan, dan Sumber Belajar 1. Media/alat : lembar kerja siswa dan peralatan praktikum 2. Bahan : terlampir di lembar kerja siswa 3. Sumber Belajar : buku kimia kelas X yang relevan
Lampiran-lampiran: 1. 2. 3. 4.
Materi Pembelajaran Pertemuan 1 Instrumen Penilaian Pertemuan 1 Materi Pembelajaran Pertemuan 2 Instrumen Penilaian Pertemuan 2 dan seterusnya tergantung banyak pertemuan.
Mengetahui Kepala Sekolah
Yunan Danim, M.Pd NIP. 196507051994121003
LAMPIRAN I : Materi Pembelajaran Pertemuan 1
Bengkulu, November 2017 Guru Bidang Studi
Ondang Hidayat, M.Pd NIP. 197908282005021003
IKATAN ION DAN IKATAN KOVALEN Kestabilan Unsur dan Konfigurasi Elektron Unsur
Nomor Konfigurasi Atom Elektron
He
2
2
Ne
10
2 8
Ar
18
2 8 8
Kr
36
2 8 18 8
Xn
54
2 8 18 18 8
Rn
86
2 8 18 32 18 8
Setelah melihat konfigurasi elektron dari helium sampai radon, apa yang dapat sobat simpulkan? elektron valensi gas mulia sebanyak 8 elektron, kecuali helium 2 elektron. Fakta menunjukan bahwa, selain gas mulia, hampir semua unsur yang ada di alam terdapat sebagai senyawa (gabungan dua unsur atau lebih yang terikat secara ikatan kimia). Artinya, gas mulia bersifat stabil, dan unsur selain gas mulia tidak stabil dalam keadaan unsur bebas. Ketidakstabilan unsur tersebut berhubungan dengan konfigurasi elektron yang dimilikinya. Jadi, unsur dengan konfigurasi elektron tidak mirip dengan konfigurasi elektron gas mulia bersifat tidak stabil. Pada 1916, G.N. Lewis dan Langmuir menyatakan bahwa unsur-unsur gas mulia sukar berikatan dengan unsur lain maupun dengan unsur sejenis sebab elektron valensinya sudah penuh, yaitu sebanyak 8 elektron (oktet), kecuali helium 2 elektron (duplet). Unsur-unsur selain gas mulia dapat mencapai stabil dengan cara bersenyawa dengan unsur lain atau unsur yang sama agar konfigurasi elektron dari setiap atom itu menyerupai konfigurasi elektron gas mulia. Suatu atom dapat mencapai konfigurasi elektron gas mulia dengan cara melepaskan elektron valensi, menangkap elektron, atau menggunakan bersama elektron valensi membentuk pasangan elektron. Ikatan Ion Sebelumnya telah dijelaskan bahwa suatu atom dapat mencapai konfigurasi elektron gas mulia dengan cara melepaskan elektron valensi, menangkap elektron, atau menggunakan bersama elektron valensi membentuk pasangan elektron. Untuk mencapai keadaan stabil tersebut, atom-atom dapat melakukan ikatan satu sama lain dengan cara serah-terima elektron valensi membentuk ikatan ion (terjadi antara atom logam dan nonlogam). Senyawa yang dibentuk dinamakan senyawa ion. Ikatan ion terbentuk akibat adanya serah-terima elektron di antara atom-atom yang berikatan sehingga konfigurasi elektron dari atom-atom itu menyerupai konfigurasi elektron gas mulia. Adanya serah-
terima elektron menghasilkan atom-atom bermuatan listrik yang berlawanan sehingga terjadi gaya tarikmenarik elektrostatik. Gaya tarik-menarik inilah yang disebut ikatan ion. Atom yang menyerahkan elektron valensinya kepada atom pasangannya disebut kation(bermuatan positif). Atom yang menerima elektron dari atom pasangannya disebut anion (bermuatan negatif).
Lewis menggambarkan elektron valensi atom dengan titik yang mengelilingi lambang atomnya. Jumlah titik menyatakan jumlah elektron valensi. Penulisan seperti itu dikenal dengan rumus titik elektron. Perhatikan proses pembentukan senyawa natrium klorida (NaCl) yang terbentuk dari atom natrium (Na) dan atom klorin (Cl) berikut. Na + Cl → Na+Cl– Atom natrium melepaskan satu elektron membentuk kation Na+, konfigurasi elektronnya sama dengan atom neon (2 8). Pada saat bersamaan, atom klorin menerima elektron dari atom natrium membentuk anion Cl–, konfigurasinya sama dengan atom argon (2 8 8). Oleh karena kedua ion yang terbentuk memiliki muatan berlawanan maka terjadi gaya tarik-menarik elektrostatik (gayacoulomb) membentuk ikatan ion. Ikatan kovalen ikatan ion terbentuk antara atom logam dan non-logam. Di alam, banyak senyawa yang terbentuk dari unsur-unsur bukan logam seperti gas oksigen (O2), nitrogen (N2), dan metana (CH4). Bagaimanakah molekul-molekul tersebut dibentuk? Menurut Lewis, atom-atom bukan logam dapat membentuk ikatan dengan atomatom bukan logam melalui penggunaan bersama pasangan elektron valensinya. Apa yang dimaksud denganpenggunaan bersama pasangan elektron valensi? Mengapa ikatan antaratom bukan logam tidak melalui serah-terima elektron? Atom-atom bukan logam umumnya berada pada golongan VA–VIIA, artinya atomatom tersebut memiliki elektron valensi banyak (5–7). Jika elektron valensinya banyak, apakah yang akan dilakukan atom-atom golongan VA–VIIA untuk mencapai konfigurasi elektron seperti gas mulia? Unsur nonlogam umumnya mempunyai keelektronegatifan tinggi artinya mudah menarik elektron. Masing-masing unsur nonlogam pada senyawanya tidak akan melepaskan elektron, sehingga untuk mencapai kestabilannya (konfigurasi elektron seperti gas mulia), unsur-unsur tersebut akan menggunakan bersama pasangan elektron membentuk ikatan kovalen. Ikatan yang terbentuk melalui penggunaan bersama pasangan elektron valensi dinamakan ikatan kovalen. Senyawa yang dibentuk dinamakan senyawa kovalen. Untuk menyatakan elektron valensi dalam ikatan kovalen, Lewis menggunakan rumus titik elektron. LAMPIRAN II. Materi Pembelajaran Pertemuan 2
Ikatan Kovalen Tunggal Ikatan kovalen tunggal adalah ikatan yang terbentuk dari penggunaan bersama sepasang elektron(setiap atom memberikan saham satu elektron untuk digunakan bersama). Sobat perhatikan contoh berikut: Atom H dapat berikatan kovalen dengan Cl membentuk HCl. Perhatikan konfigurasi elektron atom H dan Cl berikut. 1H
= 1 dan
17Cl
=2 8 7
Agar elektron valensi atom H mirip dengan atom He (2), maka diperlukan satu elektron. Demikian pula atom Cl, agar mirip dengan konfigurasi elektron atom Ar ( 2 8 8), diperlukan satu elektron. Oleh karena kedua atom tersebut masing-masing memerlukan satu elektron maka cara yang paling mungkin adalah setiap atom memberikan satu elektron valensi untuk membentuk sepasang elektron ikatan. Pembentukan ikatan kovalen tunggal antara atom C dan H dalam molekul CH4. Konfigurasi elektron atom 1H = 1 Konfigurasi elektron atom 6C = 2 4 Atom C akan stabil jika mengikat empat elektron membentuk konfigurasi mirip dengan atom Ne( 2 8). Empat elektron ini dapat diperoleh dengan cara menyumbangkan empat atom H. Jadi, setiap atom H memberikan saham 1 elektron valensinya. Proses pembentukan ikatan antara atom C dan H dapat dijelaskan sebagai berikut: Pada CH4, setiap atom H memiliki 2 elektron valensi (seperti He) dan atom C memiliki 8 elektron valensi (seperti Ne). Dalam molekul CH4 terdapat 4 pasang elektron ikatan atau 4 ikatan kovalen tunggal. Sepasang elektron ikatan dapat dinyatakan dengan satu garis. Misalnya, pada molekul HCl, sepasang elektron ikatan dapat dituliskan dalam bentuk H–Cl. Pada molekul CH4, keempat pasang elektron ikatan dapat dituliskan dalam bentuk seperti ditunjukkan pada gambar berikut: Ikatan Kovalen Rangkap Konfigurasi elektron atom 8O= 2 6. Atom O akan stabil jika konfigurasi elektronnya serupa dengan10Ne= 2 8. Agar stabil maka atom O memerlukan 2 elektron tambahan. Kedua elektron ini diperoleh dengan cara patungan 2 elektron valensi dari masing-masing atom O membentuk ikatan kovalen rangkap dua. Atau
O + O → O=O Pada molekul CO2 juga terdapat ikatan kovalen rangkap dua. Sobat perhatikan bagaimana proses pembentukannya dibawah ini. Atau C + 2 O → O=C=O Setelah memahami dua contoh diatas, sekarang coba sobat tulis pembentukan ikatan kovalen rangkap tiga pada molekul N2 dan C2H2
bagaimana
LAMPIRAN II. Instrumen Penilaian Pertemuan 1
1.
Dari beberapa pernyataan-pernyataan berikut : 1) Senyawa yang terbentuk dari unsur logam dan nonlogam 2) Senyawa yang memiliki titik didih rendah 3) Senyawa yang terjadi akibat perpindahan elektron 4) Senyawa yang terbentuk akibat pemakaian pasangan elektron bersama Dari pernyataan di atas , manakah pernyataan yang paling benar tentang ikatan ion a. 1 dan 2 b. 2 dan 3 c. 3 dan 4 d. 1 dan 3 e. 2 dan 4
2.
Diantara beberapa rumus senyawa berikut : NH3 CO2
KCl HCl
H2S LiN3
Na2O SO3
Manakah kelompok senyawa yang yang berikatan kovalen? a. b. c. d. e.
NH3 KCl CO2 HCl CO2
KCl H2S HCl LiN3 HCl
H2S Na2O LiN3 SO3 SO3
3.
Unsur P dengan nomor atom 12, dan unsur Q dengan nomor atom 17, dapat membentuk senyawa dengan jenis ikatan dan rumus senyawa … a. Ion , PQ b. Ion , PQ2 c. Ion, P2Q d. Kovalen, PQ2 e. Kovalen , P2Q
4.
Dari beberapa pernyataan berikut : 1. Ikatan yang terbentuk dari penggunaaan pasangan elektron bersama 2. Penggunaan pasangan elektron dari salah satu atom saja 3. Ikatan yang terbentuk karena adanya perpindahan elektron 4. Ikatan yang terjadi akibat adanya gaya elektrostatis Dari pernyataan di atas yang manakah yang merupakan pernyataan yang tepat tentang ikatan ion dan kovalen secara berurutan : a. 3,4 dan 1,2 b. 1,2 dan 3,4 c. 1,3 dan 2,4 d. 1,4 dan 2,3 e. 2,3 dan 1,4
LAMPIRAN 4 : Instrumen Penilaian Pertemuan 3 a. Lembar Kerja Siswa
PERBANDINGAN SIFAT SENYAWA ION DAN SENYAWA KOVALEN
I. TUJUAN PERCOBAAN
Tujuan dari percobaan ini adalah agar praktikan dapat mengetahui dan menjelaskan pengaruh jenis ikatan suatu senyawa terhadap sifat fisis dan sifat kimia dari senyawa tersebut. II. TINJAUAN PUSTAKA Ikatan kimia
Ikatan kimia adalah ikatan yang terjadi karena adanya gaya tarik antar partkel -
partikel yang berikatan. Atom unsur yang sangat elektropositif dapat
melepaskan 1 atau 2 elektron yang terdapat pada kulit terluarnya dan atom unsur yang elektronegatif dapat menerima 1 atau 2 elektron yang dilepaskan oleh atom unsur yang elektropositif. Istilah polar kadang – kadang dipergunakan sebagai penggani istilah elektrovalen. Menurut Lagmuir, senyawa yang terbentuk karena adanya serah terima elektron pada atom – atom pembentuknya disebut senyawa elektrovalen atau senyawa ionis, dan ikatan pada senyawa tersebut dinamakan ikatan elektrovalen, atau ikatan ionis. Pada suhu kamar, senyawa ionis terdapat dalam bentuk kristal yang disebut kristal ion. Kristal ion tersebut terdiri dari ion – ion positif dan ion – ion negatif ( Syarifuddin, 1994 ). Menurut Lewis, Langmuir, Kosel, suatu atom berikatan dengan atom – atom lain dan membentuk senyawa, maka atom – atom tersebut mengalami perubahan yang sedemikian rupa sehingga mempunyai konfigurasi elektron yang menyerupai konfigurasi elektron yang menyerupai elektron gas mulia ( Syarifuddin, 1994 ). Unsur
yang
cenderung
menerima
elektron
atau
nilai
keelektronegatifannya ≥ 2,0 disebut unsur elektronegatif. Unsur ini terletak pada bagian atas dan kanan blok p pada sistem periodik dan ditambah hidrogen. Kecenderungan unsur elektronegatif menerima elektron disebabkan adanya dorongan untuk mencapai kestabilan, agar elektron valensinya seperti gas mulia ( Syukri, 1999 ).
Perbedaan senyawa ionik dan senyawa kovalen
Ikatan ion merupakan ikatan antara ion – ion positif dan ion – ion negatif, yang
terjadi
karena
partikel
yang
muatannya
saling
berlawanan
akan
mengakibatkan terjadinya tarik menarik antar ion – ion tersebut .Ion positif dan ion negatif
akan terbentuk apabila
terjadi
serah
terima elektron
antar
atom
(Syarifuddin, 1994 ). Dua unsur ( satu cenderung melepas elektron dan yang lain cenderung menerima), bila bersentuhan belum tentu menjadi senyawa ion, sebab bergantung pada tingkat energi sebelum dan sesudah reaksi. Senyawa ion bukanlah sederhana, tetapi merupakan molekul raksasa yang terbentuk dari ion positif dan negatif yang selang – seling sedemikian rupa hingga teratur ( Syukri, 1999 ). Kecenderungan
ion
untuk
menarik
elektron
lain
yang
muatannya
berlawanan dan menolak ion yang muatannya sama mengkibatkan penataan ion tiga dimensi menjadi teratur. Tiga pengaruh utama yang dibentuk senyawa ion adalah sebagai berikut : 1.
Muatan ion
2.
Ukuran relatif kedua ion yang terlibat
3.
Kemudahan ion tersebut untuk tedistorsi atau terpolarisasi ( Sukardjo, 1990 ) Senyawa ion yang terbentuk dari ion positif dan negatif tersususun selang –
seling membentuk molekul raksasa tersebut akan mempunyai sifat tertentu, yaitu: a.
Titik lebur dan titik didih, daya tarik antara ion positif dan negatif dalam senyawa ion cukup besar, satu ion berikatan dengan beberapa ion yang muatannya berlawanan. Akibatnya, titik lebur dan titik didih senyawa ion lebih tinggi.
b.
Kelarutan, pada umumnya senyawa ion larut dalam pelarut polar ( seperti air dan amonia ), karena sebagian molekul pelarut menghadapkan kutub negatifnya ke ion positif, dan sebagian lagi menghadapkan kutub positifnya ke ion negatif, akhirnya ion – ion terpisah satu sama lain )
c.
Hantaran listrik, hantaran listrik terjadi bila medium mengandung partikel bermuatan yang dapat bergerak bebas, seperti elektron dalam sebatang logam, senyawa ion berwujud padat, tidak menghantarkan listrik, karena ion posittif dan negatif terikat kuat satu sama lain. Akan tetapi cairan senyawa ion akan menghantarkan lisrik karena ion – ionnya menjadi lepas dan bebas. Senyawa ion juga dapat menghantarkan listrik, bila larut dalam pelarut polar ( senyawa misalnya air ) karena terionisasi
d.
Kekerasan, Karena kuatnya ikatan antara ion positif dan negatif, maka senyawa ion berupa padatan keras dan berbentuk kristal, permukaan kristal itu tidak mudah digores atau digeser ( Syukri, 1999 ).
Ikatan kovalen merupakan ikatan yang terjadi antara dua atom dengan pemakaian bersama – sama. Brom, karbon dioksida, Heksana, Amoia, dan etil alohol merupakan contoh dari senyawa – semnyawa kovalen. Titit leleh dan titik didih senyawa kovalen cenderung lebih rendah daripada senyawa ion. Hal ini disebabkan oleh fakta bahwa untuk melelehkan dan manguapkan suatu zat padat maupun cairan molekul hanya membutuhkan energi secukupnya untuk menglahkan energi gaya tarik Van der waals antar molekul (Audrey,1991). Sebagai syarat pembentukan molekul menurut teori orbital molekul adalah bahwa orbial yang terlibat dalam pembentukan ikatan harus hanya berisi satu elektron. Dua atom yang akan terikat harus mempunyai kedudukan sedemikian rupa hingga satu orbital yang terisi satu elektron mengalami overlap atau saling tindih dengan orbital yang lain. Bila hal ini terjadi, maka dua orbital bergabung untuk membentuk orbital ikatan tunggal yang ditempati oleh dua elektron. Dua buah elektron yang menempati orbital harus mempunyai arah spin yang berlawan, yaitu berpasangan.Makin besar overlap orbital – orbital atom, makin kuat ikatan yang terbentuk. Ikatan inilah yang seing disebut ikatan kovalen ( Hardjono, 1987). Perbedaan antara senyawa ion dan senyawa kovalen terletak pada : a.
Pada senyawa ion, titik leleh rendah, sdangkan pada senyawa kovalen titik leleh tinggi.
b.
Senyawa ion larut dalam air dan hanya sebagian yang larut dalam pelarut no polar, sedangkan pada senyawa kovalen, larut dalam pelarut non polar, namun hanya sebagian yang larut dalam air.
c.
Senyawa ion pada suhu kamar berupa padatan, sedangkan senyawa kovalen dalam suhu kamar, berupa gas atau cairan.
d.
Senyawa ion dapat menghantarkan arus listrik., sedangkan senyawa kovalen hanya sebagian yang dapat menghantarkan arus listrik.
e.
Senyawa ion dapat terbakardan tidak berbau, sedangkan pada senyawa kovalen dapat terbakar dan berbau ( Petrucci, 1990)
III. ALAT DAN BAHAN A. Alat Alat – alat yang digunakan pada percobaan ini adalah tabung reaksi, termometer, gelas piala, elektroda karbon, lampu spiritus, sudip kaca, dan pipet tetes. B. Bahan Bahan – bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah urea, naftalena, kristal NaCl, Kl, MgSO₄, dan Isopropil alkohol.
IV. PROSEDUR KERJA A. Perbandingan titik leleh 1.
Sejumlah kecil (
1 – 2 sudip ) urea dimasukkan kedalam tabung reaksi,
kemudian dimasukkan termometer ke dalam tabung reaksi tersebut. 2.
Tabung reaksi dipanaskan dengan lampu spiritus, dan dicatat suhu tepat saat urea meleleh. Kisaran suhu ini merupakan kisaran titik leleh dari sampel urea.
3.
Percobaan dilakukan sebanyak 3 kali.
4.
Prosedur yang sama dilakukan untuk senyawa naftalena.
5.
Prosedur di atas dilakukan untuk senyawa NaCl, KI, dan MgSO₄.
6.
Data titik leleh dicari dari buku acuan dan dibandingkan dengan hasil pengamatan
B.
Perbandingan Kelarutan..
1.
Tabung reaksi diisi dengan air ( tabung I ) dan tabung reaksi lain diisi dengan karbon tetraklorida ( tabung II ).
2.
Sedikit urea dimasukkan ke dalam masing – masing tabung, lalu campuran dalam setiap tabung dikocok.
3. 4.
Tabung I dan tabung II diamati masing – masing, apakah urea larut atau tidak. Prosedur yang sama dilakukan untuk naftalena, isopropil alkohol, NaCl, Kl, dan MgSO₄. Kemudian diamati kelarutan senyawa dari masing – masing tabung.
C. 1.
Perbandingan daya hantar. Diisikan 50 ml akuades ke dalam gelas piala. Dimasukkan elektroda karbon yang telah dihubungkan dengan arus listrik dan lampu.
2.
Diulangi prosedur diatas dengan ditambahkan beberapa tetes isopropil alkohol dan perubahan yang terjadi diamati.
3.
Dilakukan
kembali
prosedur
yang
sama,
namun
masing
–
masing
ditambahkan dengan urea, naftalena, NaCl, Kl, MgSO₄. V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil I. Perbandingan titik leleh No 1
Langkah percobaan Sejumlah tabung bereaksi
urea reaksi,
dimasukkan dicatat
Hasil pengamatan kedalam
suhu
tepat
1.
Sejumlah
naftalena
dimasukkan
ke
dalam tabung reaksi, dicatat suhu tepat bereaksi 3
Data titik leleh tersebut dibandingkan
-
dengan buku referensi.
II. Perbandingan Kelarutan No 1
Langkah percobaan
Hasl pengamatan
Urea dimasukkan pada tabung I Urea dimasukkan pada tabung II
2
Naftalena dimasukkan pada tabung I Naftalena dimasukan pada tabung II
3
Isopropil
akohol
dimasukkan
pada
alkohol
dimasukkan
pada
tabung I Isopropil tabung II 4
NaCl dimasukkan pada tabung I NaCl dimasukkan pada tabung II
5
KI dimasukkan pada tabung I KI dimasukkan pada tabung II
6
MgSO4 dimasukkan
pada
tabung
I
MgSO4 dimasukkan pada tabung II
III. Perbandingan Daya Hantar No
Langkah percobaan
1
Elektroda karbon dimasukkan ke dalam gelas piala berisi akuades
2
Elektroda karbon dimasukkan ke dalam gelas piala berisi akuades, ditambahkan isopropil alkohol.
3
Elektroda karbon dimasukkan ke dalam gelas piala berisi akuades, ditambahkan
Hasil pengamatan
urea. 4
Elektroda karbon dimasukkan ke dalam gelas piala berisi akuades, ditambahkan naftalena
5
Elektroda karbon dimasukkan ke dalam gelas piala berisi akuades, ditambahkan NaCl
6
Elektroda karbon dimasukkan ke dalam gelas piala berisi akuades, ditambahkan KI
7
Elektroda karbon dimasukkan ke dalam gelas piala berisi akuades, ditambahkan MgSO4
B. Pembahasan VI. KESIMPULAN
PERTANYAAN :
1. Bagaimanakah perbandingan titik leleh senyawa kovalen dan senyawa ion? 2. Bagimanakah perbedaan kelarutan senyawa kovalen dan senyawa ion? 3. Berdasarkan
daya
hantar
listriknya
senyawa
manakah
yang
lebih
baik
menghantarkan listrik? 4. Dari percobaan yang dilakukan senyawa apa sajakah yang tergolong dalam senyawa kovalen?
b. Lembar tes unjuk kerja No
Aspek yang dinilai
1
Memahami langkah
Ya
langkah kerja
–
percobaan
yang akan dilakukan 2
Memiliki
rasa
ingin
tahu
(curioscity) 3
Menunjukkan ketelitian dan tanggung
jawab
dalam
bekerja
secara
percobaan 4
Mampu
individu maupun kelompok 5
Ikut
serta
menyelesaikan
dalam masalah
dalam proses percobaan
Tidak
Ket
LAMPIRAN 5 : POWER POINT IKATAN KIMIA LAMPIRAN 6 : PEMBAHASAN PRAKTIKUM : Dalam percobaan ini dilakukan pengujian perbandingan titik leleh, kelarutan, dan daya hantar listrik, untuk dapat membandingkan perbandingan sifat senyawa ionik dan senyawa kovalen. Dalam menentukan suatu senyawa tersebut senyawa ionik ataupun kovalen, kita tidak bisa hanya dengan melihat salah satu sifatnya saja, tetapi kita juga harus melihat keseluruhan dari sifat – sifat tersebut, Karena ada sebagian sifat dari senyawa ionik yang dimiliki senyawa kovalen, agar kita dapat membedakan kedua senyawa tersebut, kita melakukan percobaan di bawah ini : 1. Perbandingan titik leleh Dari hasil percobaan yang telha dilakukan, diperoleh hasil kisaran titik leleh saat urea dimasukkan adalah 98°C, hasil tersebut di dapat dari percobaan I, II, dan III yang menunjukkan hasil yang sama, hal ini jauh berbeda dengan literatur, karena menurut literatur, titk leleh urea berkisar antara 132ºC sampai 133ºC ( Belser, 1987 ). Kisaran titik leleh naftalena pada saat percobaan adalah 100°C, hasil tersebut pun diperoleh dari percobaan I, II, III yang menunjukkan hasil yang sama, sedangkan apabila dibandingkan dengan literatur, hasil tersebut sangat berbeda, karena pada literatur, kisaran titik leleh senyawa naftalena adalah 80ºC sampai dengan 82ºC ( Belser, 1987 ). Sebenarnya perbedaan dari hasil percobaan dan literatur dapat disebabkan beberapa faktor, salah satunya ketidaktelitian parktikan dalam melihat titik leleh saat praktikum berlangsung. Dari literatur didapatkan data, titik leleh senyawa NaCl yang berkisar antara 801ºC sampai 804ºC, titik senyawa KI 681ºC titik leleh MgSO4 1124ºC (Belser, 1987 ). Senyawa kovalen pada umumnya menunjukkan titik leleh rendah dibandingkan senyawa ionik, yaitu‹350°C, sedangkan senyawa ionik menunjukkan titik leleh yang tinggi ›350ºC - 1000°C (Sukardjo, 1990). Sehingga dapat disimpulkan bahwa urea dan naftalena yang titik lelehnya ‹350°C termasuk di dalam senyawa kovalen, sedangkan KI, MgSO4, dan NaCl termasuk ke dalam senyawa ionik. 2. Perbandingan kelarutan Dari percobaan yang telah dilakukan, Urea, NaCl, KI, dan MgSO 4 saat dimasukkan dalam tabung I yang berisi air, larut, namun saat naftalena dan isopropil alkohol dimasukkan dalam air, tidak larut, hal ini disebabkan karena air merupakan senyawa polar yang hanya dapat melarutkan senyawa – senyawa yang beriktan ionik. Namun ada kerancuan dalam hasil percobaan ini, yaitu terdapat urea yang larut dalam air, padahal seharusnya urea yang termasuk senyawa kovalen tidak larut dalam air, hal ini mungkin terjadi karena ketidaktelitian praktikan saat melakukan percobaan. Sebaliknya saat urea, NaCl, KI, MgSO4, serta naftalena dimasukkan dalam tabung I yang berisi karbon tetra klorida, kelima senyawa tersebut tidak larut, hal ini disebabkan karena karbon tetra
klorida atau CCl4 termasuk senyawa non polar yang hanya dapat melarutkan senyawa kovalen disinipun terdapat sedikit kerancuan, yaitu larutnya NaCl, KI, MgSO 4 dalam CCl4 , padahal ke tiga senyawa tersebut adalah senyawa ionik, yang seharusnya tidak dapat larut dalam karbon tetraklorida tersebut, hal ini pun mungkin disebabkan ketidaktelitian praktikan dalam percobaan. 3 Perbandingan daya hantar Dari percobaan diketahui bahwa, H2O, Isopropil alkohol, urea dan naftalena tidak dapat menghantarkan arus listrik, karena saaat dilakukan percobaaan, senyawa –senyawa tersebut tidak mengalami perubahan, sehingga senyawa tersebut dapat dikategorikan dalam snyawa kovalen, karena salah satu ciri senyawa kovalen adalah tidak dapat menghantarkan arus listrik. Lain halnya lagi dengan NaCl, KI, MgSO4. Pada NaCl saat volt 7,5, diketahui jika elektroda karbon menyala dan timbul gelembung – gelembung gas, Begitu pula KI, pada volt 12, elektroda karbon mulai menyala dan timbul gelembung – geembung, MgSO4 pun mengalami hal yang sama, yaitu pada 13,5 volt, mulai menyala dan timbul gelembung – gelembung. Hal ini menunjukkan ketiga senyawa tersebut dapat menghantarkan arus listrik, dan dapat dikategorikan sebagai senyawa ionik, karea senyawa ionik dapat menghantarakan arus listrik. KESIMPULAN : 1.
Titik leleh senyawa kovalen cenderung lebih rendah dari senyawa ion.
2.
Pada umumnya senyawa kovalen mudah larut dalam pelarut non polar, sedangkan senyawa ion mudah larut dalam air.
3.
Pada senyawa ion, dapat menghantarkan arus listirik, namun pada senyawa kovalen hanya sebagian saja yang dapat menghantarkan arus listrik.
4.
Dari hasil percobaan dapat diketahui bahwa yang termasuk senyawa kovalen adalah isopropil alkohol, urea, dan naftalena, sedangkan yang termasuk senyawa ion adalah, NaCl, KI, MgSO4