Notula Diskusi 1 Pokja Energi @ Rekayasa Industri Rabu, 09 Desember 2015 Nama Pak Ibong
Pertanyaan / Tanggapan Tahun 2016 merupakan tahun dimana pendidikan 75 tahun teknik kimia sudah berlangsung, apa nih yang ingin kita lakukan untuk bangsa ini? Disini kita mau mengeluarkan sumbangan pemikiran bagi kedaulatan pangan dan energi . Oleh karena itu dibentuklah pokja energi dan pangan. Khusus untuk pokja energi, kita mengundang semua yang punya minat terhadap bidang energi. Potensi ini didukung dengan kehadiran alumnialumni yang bergerak di bidang energidan mengerti detail dari kelebihan dan kekurangan masalah energi di Indonesia. Kita jadikan satu semua pengalaman dan pengetahuan yang kita miliki untuk kepentingan bangsa. Ini bicara tentang paradigma berpikir berjuang bagi bangsa. Kita mau muncul sebagai satu pemikiran alumni teknik kimia. Kita tidak ingin ini menjadi gerakan-gerakan parsial dari beberapa orang. Kita harapkan kita bisa terbuka terkait pengalamanpengalaman lapangan yang tentunya setiap zaman akan menghasilkan tantangan yang berbeda. Kita harus fokus. Kita punya target dan jadwal. Kita ingin semangat ini terus dipelihara hingga beberapa waktu ke depan. Kita ingin ada pemikiran kita yang bisa diterapkan menjadi sebuah rencana yang bisa diimplementasikan sehingga bisa berkontribusi bagi bangsa. Sebagai salah satu bentuk komitmen, kita harus datang tepat waktu dan tidak bertele-tele. Mulai bersama-sama dan pulang pun bersama-sama. Harus ada kesamaan materi antar kita semua ketika meninggalkan diskusi. Kita juga harus respect terhadap pembicara-pembicara yang ada. Kita juga ingin lakukan rapat yang efisien. Tidak ada ide yang konyol atau salah, semua pemikiran tolong dikeluarkan. Kita harapkan dengan tekad ini, kita bisa menjadi bagian yang konstruktif sebagai alumni teknik kimia. Kita jaga kredibilitas sehingga hasil pemikiran ini bisa respectable. Kita harus bisa menjadi gerakan pemaksa kehendak untuk hal-hal yang baik. Semoga kita bisa menjadi bagianthink tank pemerintah. Kita menunjuk 3 tim pengarah yang akunbilitas untuk mengarahkan pokja ini. Pengarah : Pak Martiono, Pak Endro, dan Pak Tatang. Anggota pokja adalah siapapun yang tertarik dengan diskusi enegi.
Notula Diskusi 1 Pokja Energi @ Rekayasa Industri Rabu, 09 Desember 2015 Nama Pak Martiono
Pak Abu Bakar
Pertanyaan / Tanggapan Saya punya usul agar setiap orang yang ingin mengeluarkan pendapat, tolong langsung sampaikan pokok-pokoknya. Setelah pendapat disampaikan, tuliskan kembali pendapatnya serta penjelasannya sehingga idenya bisa digabungkan dengan baik oleh sekretariat.Ini untuk mencegah orang-orang yang bisa berbicarangalur ngidul. Dengan menuliskan kembali, maka orang tersebut akan memberikan komitmennya. Momen 75 tahun ini harus kita manfaatkan. Kelemahan kita salah satunya adalah komitmen. Marilah kita berkomitme terhadap apa yang telah kita sepakati. Saya berikan bacaan untuk memberikan referensi terkait kondisi global setelah protokol Kyoto. Baru-baru ini ada konferensi di Paris dan dalam 10 tahun ini ada beberapa kejadian yang telah terjadi. Salah satunya adalah skenario terkait kelangkaan energi.
Pak Pang
Saya datang karena saya ingin belajar kondisi kita hari ini dari diskusi seperti ini.
Pak Manuel
Saya harap forum ini bisa memberikan output yang bisa diaplikasikan untuk Indonesia.
Pak Darwis
Mimpi saya sama dengan mimpi Pak Rudy Radjab. Cadangan minyak kita tipis. Cadangan gas 101 TCF. Jika produksi dengan skala sekarang, 20-30 tahun lagi gas akan habis. Kebutuhan energi kita cukup besar namun tidak ada ketersediaan yang mencukupi. Salah satu mimpi saya adalah membangun kawasan energi terpadu sperti di Jurong, Singapura. Kita kalah jauh dengan engineering Singapura. Laboratorium kita kalah 50 tahun dari Singapura.
Pak Monny
Saya terharu karena akhirnya kedaulatan energi yang diangkat. Bukan ketahanan energi. Konstitusi kita bilang untuk menguasai sumber daya alambagi kepentingan negara. Saya punya obsesi bahwa kita harus punya energi yang kuat dan murah berlimpah sehingga kita bisa berdaulat. Kalau kita masih merengek-rengek subsidi, dll, kita harus lihatselisih antara harga jual energi ke konsumen dengan produksi, dimana harga jual lebih murah.Ini harus kita selesaikan melalui keilmuan kita. Jika ada halangan dan rintangan namun kita tidak mau berusaha maka kita sendiri tidak mau berdaulat. Ini berarti kita mau dijajah.
Notula Diskusi 1 Pokja Energi @ Rekayasa Industri Rabu, 09 Desember 2015 Nama Pak Nanang
Pertanyaan / Tanggapan Saya senang sekali karena ada berbagai macam angkatan disini. Saya percaya bahwa sumber daya terbarukan yang sebenarnya adalahhuman resources. Saya berharap ada transfer pengetahuan antara mereka yang berpengalaman kepada mereka yang masih muda. Ini sudah saatnya bagi yang muda untuk berkiprah menggantikan kita semua.
Pak Radian
Saya punya mimpiuntuk mewujudkan bioetanol yang berasal dari tandan kelapa sawit karena itu salah satu sumber daya Indonesia yang cukup kaya.
Notula Diskusi 1 Pokja Energi @ Rekayasa Industri Rabu, 09 Desember 2015 Nama Pak Redy
Pertanyaan / Tanggapan Sebenarnya kelompok pokja energi ini sudah sempat berjalan. Ini dilakukan untuk mempersiapkan data-data awal yang perlu diberikan sebagai bahan diskusi pokja energi. Kita akan bicara tentang overview dari kondisi energi Indonesia. (Lihat presentasi Pak Redy – Overview Energi Indonesia) Kebutuhan energi kita masih didominasi oleh minyak, batubara , dan gas. Total kebutuhan energi Indonesia mencapai 1,3 miliarbarrel oil equivalent(BOE) per tahunnya dengan konsumsi energi sebesar 5.500 per kapita. Pak Nanang : Apakah data legal? Legal karena dari Handbook of Economy and Energy Statistics Indonesia (Kementerian ESDM). Pak Darwis : TSCF? TSFD? Pak Martiono : Lebih baik kita dengerin dulu semua, jangan dulu ada yangberkomentar. Lebih baik setelah presentasi saja. Pak Nanang : Bagaimana kalau klarifikasi? Apakah diperbolehkan? Cadangan crude oil terbesar ada di Riau, Jawa Timur, Sumatera Selatan, Kalimantan Timur, dan Kalimantan Barat. Cadangan batubara ada di Kalimanan Timur, Sumatera Selatan, Jambi/Riau. Cadangan energi geotermal Indoneisa sebesar 28.910 MW dengan area terbesar ada di Sumatera dan Jawa. Potensi energi biomassa terbesar ada di Sumatera. Potensi tenaga air mencapai 75 ribu MW. Potensi energi angin 67 ribu MW. Potensi mikrohidro 1,4 MW. Potensi gelombang air laut mencapai 12.000 MW. Panas air laut jika bicara tentang potensi praktis mencapai 41.000 MW. Pengilangan LNG Indonesia ada 4 yaitu Arun (sudah beralih fungsi menjadi kilang regasifikasi), Bontang, Tangguh, dan Donggi Senoro. Pengilangan LPG sudah tersedia banyak akibat kebijakan konversi BBM ke BBG. Pengilangan minyak bumimemiliki produksi mencapai 1,2 juta barrel per hari. Kelistrikan kita utamanya dihasilkan dari PLTU, PLTGU, dan PLTD. Sejauh ini pembangkit listrik geothermal pada tahun 2013 baru mencapai 1343 MW. Sedangkan produksi pabrik
Notula Diskusi 1 Pokja Energi @ Rekayasa Industri Rabu, 09 Desember 2015 Nama Pak Tatang
Pertanyaan / Tanggapan Sebenarnya yang kita butuhkan adalah layanan energi seperti untuk penerangan, pemanasan, dll. Utamanya ada dua jenis energi final yang dibutuhkan yaitu listrik dan bahan bakar bermutu tinggi (bensin, dll). Kayu tidak termasuk energi final. Sumber energi pun berasal dari 2 jenis yaitu sumber daya terbarukan dan tidak terbarukan. Kita punya kedua-duanya dan saat ini kita sedang bergerak ke energi terbarukan. Kita butuh energi untuk membangun manusia Indonesia. Jika mengacu pada HDI (indeks pembangunan manusia), nilai 0,7-0,8 maka negara tersebut masuk kategori berpembangunan manusia tinggi. Di atas 0,8 sangat tinggi. Komponen perhitungan HDI meliputi kesehatan, pendidikan, dan daya beli. Energi tidak termasuk sebagai komponen perhitungan HDI. Indonesia sendiri termasuk pembangunan manusia kelas menengah. Negara tetangga yaitu Malaysia termasuk kategori berpembangunan tinggi. Walaupun energi tidak termasuk dalam komponen perhitungan HDI, ada korelasi positif antara HDI dan konsumsi energi per kapita. Namun agar lebih representatif, energi yang dimaksud adalah energi yang setelah produksi harus langsung dipakai atau dengan kata lain listri. Korelasi antara HDI dan konsumsi energi listrik akan sangat menggambarkan. (mengacu pada kurva HDI vs konsumsi energi per kapita) Jika melihat bagian paling kiri, indeks pembangunan manusia sangat dipengaruhi konsumsi energi listrik per kapita. Ini bisa dilihat dari slope yang cukup curam. Nilai konsumsi energi listrik per kapita sebesar 4000 kWh kapita per tahun merupakan batas antara negara maju dan negara berkembang. Kalau menurut saya untuk Indonesia nilai 3000 kWh per kapita sudah cukup. Namun konsumsi listrik per kapita kita sebesar 733 kWh per kapita per tahun di tahun 2012. Ini baru seperempatnya. Padahal Malaysia sendiri sudah mencapai nilai 3000 kWh per kapita per tahun sejak tahun 2005. Indonesia, dengan jumlah penduduk 250 juta dan tambahan pembangunan pembangkit listrik 35.000 MW hanya akan meningkatkan konsumsi listrik per kapita hingga 1200 kWh per kapita per tahun. Isu yang selama ini menentangpembangunan 35.000 MW bukan karena kita tidak butuh melainkan masalah yang lain.
Notula Diskusi 1 Pokja Energi @ Rekayasa Industri Rabu, 09 Desember 2015 Nama Pak Endro
Pertanyaan / Tanggapan (mengacu pada presentasi “Politik Energi dan Perubahan Paradigma” Saya hanya akan memaparkan ide-ide dasar. Kedaulatan energi kita hilang salah satunya karena banyak pejabat yang menjual diri. Sebelumnya saya mau bertanya dan mohon dirumuskan, apa itu kedaulatan energi? Saya lebih bisa memahami kedaulatan sumber daya alam (SDA). Energi sendiri merupakan produk dari SDA. Sebagai chemical engineer, kita akan bicara tentang konversi suatu SDA agar menghasilkan nilai tambah. Kalo kita baca di UU Migas, sebenarnya itu bisa dibilang hanya sebagai UU bahan bakar migas. UU tersebut tidak bicara tentang peningkatan nilai tambah migas semisal menjadi petrokimia. Kedaulatan energi itu apa yang penting? Security of supply. Energi merupakan input untuk menggerakkan ekonomi sehinga bisa menghasilkan nilai tambah. Security of supply kita bermasalah karena kebijakan kita yang tidak benar atau kalaupun sudah benar maka kita melanggar sendiri kebijakan yang telah disusun. Selain itu kita harus melihat politik energi kita. Apa politik energi kita? Kita mengambarkan seolah-olah kita punya abundance source of energy. Kita pernah membanggakan diri karena menjadiworld largest exporter LNG. Padahal cadangan gas kita relatif sedikit di dunia. Rusia memiliki 30 % cadangan gas alam dunia dan yang seharusnya menjadi worldplayer adalah Rusia. Selain itu, kita sekarang sudah menjadi importir minyak bumi , tetapi kenapa kita malah jadi anggota OPEC. Kita juga harusmengubah cara berpikir kita. Kita selalu menggunakan pendekataninward looking padahal kita juga harusmenggunakan pendekatanoutward looking. Apa yang terjadi sekarang merupakan sesuatu yang terjadi di masa lalu. Unsur birokrasi kita harus benarbenar direformasi. Sekarang ini birokrasi hanya tampak luar saja dilakukan reformasi. Pemerintah harus bergerak dari governing menjadi facilitating. Pemerintah Indonesia harus bisa mendorong. Jika kita kembali kepada kedaulatan energi, kita jangan hanya melihat ke dalam Indonesia saja. AS saja rela harus berdarah-darah ke luar negeri untuk mengamankan kepentingan energinya. Kita juga harus bisa mencari akses energi keluar. Sekarang ini siapapun menterinya selalu menggaungkan“mari kita buka investasi di ESDM”. Padahal investasi tersebut hanya berorientasi untuk menjual seluruh SDA ke luar negeri. Selain itu,belum ada dukungan kuat untuk mengembangkan aksesibilitas energi. Ada ego-
Notula Diskusi 1 Pokja Energi @ Rekayasa Industri Rabu, 09 Desember 2015 Nama Pak Martiono
Pertanyaan / Tanggapan Saya mengaku bahwa saya pernah kuliah di TK ITB namun sejak tahun 1978 saya menanggakan titel insinyur saya. Ini disebabkan karena saya sudah merasa tidak mengerti lagi keilmuan teknik kimia. Namun saya perlu akui kimia teknik mengajarkan ilmu yang luar biasa. Kita diajarkan tentang ilmubalance dansystem. Saya pernah bertugas bersama Bambang Subianto, kami berdua pernah menjadi dirjen pada saat yang sama. Saat ada diskusi moneter kita hanya bisa saling lihat-lihatan saja. Tapi karena saya belajar diteknik kimia, saya jadi lebih mudah memahami. Selain itu, saya pernah diajarkan pelajaran kesamaan dan analogi dimana semua masalah bisa dianalogikan. Begitu kita tahu anaya, maka kita bisa lebih mudah memahami suatu masalah. Jika kita bicara tentng sistem sebenarnya NKRI tidak ada sistem. Ini serius. Kita bisa lihat peraturan perundangan, kita tidak memiliki UU NKRI. Yang ada hanya UU sektor. Katanya kita mau membangun Indonesia, tetapi yang ada hanya UU kehutanan, pertambangan, migas, dll. Saat saya diminta Pak Ibong, saya katakan bahwa apa yang kita kerjakan akan sangat berat karena kita akan melawan sistem.Kita tidak boleh berpikir sektoral lagi. Kita harus berpikir holistik. Ini didukung dengan lulusan kimia teknik yang tersebar dimana-mana. Itu hebatnya kimia teknik. Selain itu, apapun yang kita pikirkan nanti, jika cara pemerintah masih berpikir dengan sistem yang lama maka kita tidak akan kemana-mana. Apa yang kita hadapi sekarang sungguh sangat berat. Tadi saya membaca koran Kompas, ada statistik yang menunjukkan bahwa kekayaan Indonesia 50 % lebih dimiliki oleh 1 % dari penduduk Indonesia. Jika kita sadar sebenarnya kita semua sudah zalim terhadap konstitusi kita. Ada salah satu poin paling menghentak dari presentasi Pak Tatang, kita merupakan negara kepulauan yang besar, tetapi selama 70 tahun umur hidup saya, yang diperhatikan pembangunannya hanya pulau Jawa saja. Inijuga merupakan tantangan. Apa yang nanti sudah dirumuskan maka harus dibuat kesimpulan. Kita bikin jadwal yang paten. Lalu kenapa saya menyarankan berpikir holistik? Saya tergelitik dengan kondisi teman kita, Prof. Wenten. Dia harus berjuang sendirian mengembangkan membrannya. Pemerintah tidak membantu sama sekali. Momen ini kita harus buat sesuatu yang lain daripada yang lain. Kita harus berpikir holistik.
Notula Diskusi 1 Pokja Energi @ Rekayasa Industri Rabu, 09 Desember 2015 Nama Pak Rudy Radjab
Pertanyaan / Tanggapan Pertemuan ini memang luar biasa. Ini starting point yang baik untuk kita berpikir bagi negara. Untuk Pak Ibong, tolong kegiatan ini dirangkai dengan baik. Saya sendiri mau kasih sudut pandang lain. Saya ingin memberikan satu masalah yang akan kita hadapi besok ataupun lusa. Ini terkait cara berpikir dalam perspektif entrepreneur. Saya selalu bergerak dari growth atau demand. Saya pernah ikut di Dewan Energi Nasional(DEN). Hasil diskusi menunjukkan bahwa kebutuhan energi kita mencapai 159 juta metrik ton setara minyak (MTOE) atau sekitar 1,2 juta barel ekivalen minyak per hari. Padahal produksi minyak kita di bwah 800 ribu barrel per hari. Ada tren bahwa kebutuhan energi kita akan meningkat dari 159 MTOE menjadi 400 MTOE. Jika kita tidak melakukan apapun maka apa yang terjadi? Kebutuhan Indonesia pada 2025 akan mencapai 2,6 juta barel minyak per hari. Jelas ini membutuhkan investor untuk membantu pemenuhan energi kita. Namun ada mismatchkebijakan sehingga menghambat proses investasi. Semisal,Kementerian Keuangan harus memikirkan skema yang lebih baik bagi kilang atau proyek IDD sehingga bisa mengundang minat investor. Selain itu kita harus melihat melalui pendekatan pragmatis. Produksi minyak akan turun terus walaupun proyek IDD bisa berjalan. Kita juga perlu memikirkan adanya transfer teknologi dari lisensor prosesagar kita bisa membuat proses sendiri. Harapan saya semoga insinyur-insinyur kita tidak hanya menjahit proses melainkan juga membuat proses. Saya sangsi bagaimana menarik investor untuk mencapai pertumbuhan ekonomi 6 % namun kita sendiri belum bisa menguasai teknologi. Itu perlu kita pikirkan dan targetkan. Bagaimana caranya? Isunya akan ada Perpres percepatan pembangunan kilang, saya hanya ingin mengingatkan pemerintah apakah swasta sudah diberikan dukungan untuk terlibat dalam pembangunan kilang? Perlu kita ketahui bahwa margin kilang hanya 3 %. Jika kita bisa melakukan sedikit sentuhan teknologi, kita bahkan bisa bangun kilang tanpa bantuan tax holiday 12 %. Pak Monny : Pak Rudy Tavinos membuat prosesnya sendiri sehingga yield dia bisa mencapai 67 %. Itu lebih besar dari kilang-kilang manapun di Indonesia.
Notula Diskusi 1 Pokja Energi @ Rekayasa Industri Rabu, 09 Desember 2015 Nama Pak Sabar
Pertanyaan / Tanggapan Kami setuju dengan prinsip Pak Endro tadi tentang good governance steering. Dulu saya di KLH (Kementerian Lingkungan Hidup) dan sekarang masih mewakili menteriKLH di DEN. Kita punya kebijakan energi nasional (KEN). Kami ingin meminta masukan terhadap KEN. Bagaimana kebijakan energi sekarang? Secara garis besar tujuan KEN adalah terjaminnya ketahanan energi untuk mendukung pembangunan yang berkelanjutan. KEN jika diturunkan lebih lanjut menjadi RUEN dan RUKN. RUEN diturunkan menjadi RUED provinsi. RUKN diturunkan menjadi RUPTL. Tujuan KEN : kebijakan pengelolaan energi agar tercipta kemandirian energi dan ketahanan energi nasional. Kemandirian energi yang dimaksud adalah terjaminnya ketersediaan energi yang tentunya memanfaatkan potensi energidi dalam negeri. Sedangkan ketahanan energi berarti terjaminnya ketersediaan energi pada harga yang terjangkau. Seharusnya nilai dari komoditas energi bukan dilihat dari Rp/ton batubara melainkan nilai tambah yang diakibatkan dari pemanfaatan energi tersebut pada proses pembangunan nasional. Secara garis besar, prioritas pembangunan energi nasional adalah mimininumkan penggunaan minyak, optimalisasi penggunaan gas bumi, batubara sebagai andalan pasokan energi nasional, dan maksimumkan pemanfaatan EBT. Jika dilihat energi nuklir merupakan pilihan terakhir. PLTN boleh dibangun tapi kita harus survei peta dan sosialiasi terlebih dahulu. Ini dikarenakan pembangunan PLTN di Indonesia akan lebih mahal karena ktia berada pada daerah gempa. Selain itu, teknoya pasti berasal dari luar negeri. Daerah juga harus ikut bertanggungjawab terhadap kebutuhan energi daerah. Selain itu kita perlu memikirkan cadangan energi nasional yang terbagi menjadi 3 jenis : cadangan operasional (pada bussiness entity yang harus disiapkan dan diatur pemerintah), penyangga energi (untuk mengatasi kondisi krisis dan ini disiapkan pemerintah), dan strategis (cadangan sumber daya energi yang bisa dieksploitasi sewaktu-waktu).