Pengeringan 6c3es

BAB IV HASIL & PEMBAHASAN

4.1

Perbandingan Proses Pengeringan Secara Keseluruhan Perbandingan Proses Pengeringan Secara Keseluruhan dapat dilihat pada

Gambar 4.1: 0.045

Laju Pengeringan (kg/m2.menit)

0.04 0.035 0.03 0.025 0.02 0.015 0.01 0.005 0 -0.005

0

20

40

V7 T9

60 Waktu (menit)

V8 T9

80

T7 V9

100

120

T8 V9

Gambar 4.1 Laju pengeringan terhadap waktu Proses pengeringan menggunakan Kecepatan Udara 7 Temperatur 9 berlangsung selama 100 menit, proses pengeringan menggunakan Kecepatan Udara 8 Temperatur 9 berlangsung selama 80 menit, proses pengeringan menggunakan Skala Kecepatan Udara 9 Temperatur 7 berlangsung selama 90 menit dan proses pengeringan menggunakan Kecepatan Udara 9 Temperatur 8 berlangsung selama 70 menit. Pada

Gambar

4.1

dapat

diketahui

bahwa

proses

pengeringan

menggunakan Kecepatan Udara 9 Temperatur 8 adalah yang paling cepat pada proses pengeringan secara keseluruhan. Hal ini diakibatkan oleh pengaruh suhu dan kecepatan udara yang digunakan, dimana semakin tinggi kecepatan udara dan semakin tinggi suhu udara pada proses pengeringan maka semakin banyak dan cepat pula kadar air pada pasir berkurang. Hal ini disebabkan karena semakin 16

tinggi suhu udara pengering maka semakin banyak panas yang dipindahkan atau dikontakkan ke permukaan pasir sehingga jumlah air yang teruapkan dari pasir semakin banyak dan laju Pengeringan semakin cepat. Sedangkan semakin tinggi kecepatan udara pengering maka semakin tinggi turbulensinya dimana udara akan mengalirkan panas agar dapat cepat berpindah ke permukaan pasir sehingga air akan berdifusi dari padatan ke permukaan pasir dengan lebih cepat.

4.2

Pengaruh Kadar Air Terhadap Waktu pengeringan Pengaruh Kadar Air Terhadap Waktu pengeringan dapat dilihat pada

Gambar 4.2: 0.12 0.1

Kadar Air

0.08 V7 T9

0.06

V8 T9 0.04

T7 V9 T8 V9

0.02 0 0

20

40

60

-0.02

80

100

120

Waktu (menit)

Gambar 4.2 Pengaruh Kadar Air Terhadap Waktu Pengeringan Pada

Gambar

4.2

dapat

diketahui

bahwa

proses

pengeringan

menggunakan Kecepatan Udara 9 Temperatur 8 adalah yang paling cepat pada proses pengeringan secara keseluruhan namun memiliki tingkat kadar air yang masih lebih besar dibandingkan yang lain, sedangkan proses pengeringan pada Kecepatan Udara 7 Temperatur 9 merupakan proses yang memiliki kadar air paling rendah namun dengan waktu yang lebih lama. Hal ini diakibatkan oleh pengaruh suhu dan kecepatan udara yang digunakan, dimana semakin tinggi kecepatan udara dan semakin tinggi suhu udara pada proses pengeringan maka semakin banyak dan cepat pula kadar air pada pasir berkurang. Semakin tinggi

17

suhu udara pengering maka semakin banyak kadar air yang teruapkan dari pasir dan semakin tinggi kecepatan udara pengering maka semakin banyak pula jumlah air yang terbawa oleh udara pengering ketika udara pengering melewati tray.

4.3

Perbandingan Laju Pengeringan Teoritis dan Percobaan

4.3.1 Pada V7 dan T9 Pada percobaan dengan kecepatan laju alir 7 dan temperatur 9 didapat grafik perbandingan laju pengeringan teoritis dan percobaan sebagai berikut sebagai berikut :

Laju Pengeringan (kg/m2.menit)

0.25

0.2

0.15

N teoritis

0.1

N percobaan 0.05

0 0 -0.05

20

40

60

80

100

120

Waktu (menit)

Gambar 4.3 Laju Pengeringan Teoritis dan Percobaan pada V7T9 Gambar 4.3 menunjukkan bahwa laju pengeringan teoritis lebih kecil dibandingkan dengan percobaan, dimana dalam perhitungan didapatkan laju pengeringan yang mendekati konstan, Nc, adalah senilai 0,0000983kg air/m2.jam, sedangkan nilai Nc teoritis 0,1845kg air/m2.jam. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa Nc teoritis lebih kecil dibandingkan Nc percobaan. Hal ini dikarenakan secara teoritis faktor dominan yang mempengaruhi laju pengeringan adalah jenis bahan dan kondisi dari pengeringan tersebut, dimana temperatur udara pengering dari percobaan memberikan nilai koefisien konveksi perpindahan

18

panas tertentu terhadap temperatur pengeringan sehingga menyebabkan nilai Nc percobaan tidak sesuai dengan nilai Nc teoritis.

4.3.2 Pada V8 dan T9 Pada percobaan dengan kecepatan laju alir 8 dan temperatur 9 didapat grafik perbandingan laju pengeringan teoritis dan percobaan sebagai berikut sebagai berikut :

Laju Pengeringan (kg/m2.menit)

0.25

0.2

0.15

N teoritis

0.1

N percobaan 0.05

0 0 -0.05

20

40

60

80

100

Waktu (menit)

Gambar 4.4 Laju Pengeringan Teoritis dan Percobaan pada V8T9 Gambar 4.4 menunjukkan bahwa laju pengeringan teoritis lebih kecil dibandingkan dengan percobaan, dimana dalam perhitungan didapatkan laju pengeringan yang mendekati konstan, Nc, adalah senilai 0,000255kg air/m2.jam, sedangkan nilai Nc teoritis 0,16646kg air/m2.jam. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa Nc teoritis lebih kecil dibandingkan Nc percobaan. Hal ini dikarenakan secara teoritis faktor dominan yang mempengaruhi laju pengeringan adalah jenis bahan dan kondisi dari pengeringan tersebut, dimana temperatur udara pengering dari percobaan memberikan nilai koefisien konveksi perpindahan panas tertentu terhadap temperatur pengeringan sehingga menyebabkan nilai Nc percobaan tidak sesuai dengan nilai Nc teoritis.

19

4.3.3 Pada V9 dan T7 Pada percobaan dengan kecepatan laju alir 9 dan temperatur 7 didapat grafik perbandingan laju pengeringan teoritis dan percobaan sebagai berikut sebagai berikut :

Laju Pengeringan (kg/m2.menit)

0.2

0.15

0.1 N teoritis N percobaan

0.05

0 0

20

40

-0.05

60

80

100

Waktu (menit)

Gambar 4.5 Laju Pengeringan Teoritis dan Percobaan pada V9T7 Gambar 4.5 menunjukkan bahwa laju pengeringan teoritis lebih kecil dibandingkan dengan percobaan, dimana dalam perhitungan didapatkan laju pengeringan yang mendekati konstan, Nc, adalah senilai 0,00002358kg air/m2.jam, sedangkan nilai Nc teoritis 0,16159kg air/m2.jam. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa Nc teoritis lebih kecil dibandingkan Nc percobaan. Hal ini dikarenakan secara teoritis faktor dominan yang mempengaruhi laju pengeringan adalah jenis bahan dan kondisi dari pengeringan tersebut, dimana temperatur udara pengering dari percobaan memberikan nilai koefisien konveksi perpindahan

panas

tertentu

terhadap

temperatur

pengeringan

sehingga

menyebabkan nilai Nc percobaan tidak sesuai dengan nilai Nc teoritis.

4.3.4 Pada V9 dan T8 Pada percobaan dengan kecepatan laju alir 9 dan temperatur 8 didapat grafik perbandingan laju pengeringan teoritis dan percobaan sebagai berikut sebagai berikut : 20

0.2

Laju Pengeringan (kg/m2.menit)

0.18 0.16 0.14 0.12 0.1

N teoritis

0.08

N percobaan

0.06 0.04 0.02 0 -0.02

0

20

40 Waktu (menit)

60

80

Gambar 4.6 Laju Pengeringan Teoritis dan Percobaan pada V9T8 Gambar 4.6 menunjukkan bahwa laju pengeringan teoritis lebih kecil dibandingkan dengan percobaan, dimana dalam perhitungan didapatkan laju pengeringan yang mendekati konstan, Nc, adalah senilai 0,0008452kg air/m2.jam, sedangkan nilai Nc teoritis 0,16075kg air/m2.jam. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa Nc teoritis lebih kecil dibandingkan Nc percobaan. Hal ini dikarenakan secara teoritis faktor dominan yang mempengaruhi laju pengeringan adalah jenis bahan dan kondisi dari pengeringan tersebut, dimana temperatur udara pengering dari percobaan memberikan nilai koefisien konveksi perpindahan panas tertentu terhadap temperatur pengeringan sehingga menyebabkan nilai Nc percobaan tidak sesuai dengan nilai Nc teoritis.

21

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1

Kesimpulan 1. Semakin tinggi suhu udara pengering maka semakin banyak kadar air yang dapat teruapkan, kadar air paling sedikit adalah pada laju alir 7 temperatur 9 yaitu, 0,0000984. 2. Semakin tinggi kecepatan udara pengering maka semakin banyak jumlah air yang terbawa oleh udara pengering ketika udara pengering melewati tray, laju pengeringan tertinggi adalah pada saat laju alir 9 dan temperatur 8 yaitu, 0,000845 kg/m2.menit. 3. Semakin lama waktu pengeringan maka akan didapatkan kadar air yang semakin sedikit, waktu pengeringan tercepat adalah pada saat laju alir 9 dan temperatur 8.

5.2

Saran 1. Teliti dalam perhitungan kecepatan udara karena dapat berbeda jauh jika perhitungan tidak tepat. 2. Usahakan agar sampel yang diambil di setiap percobaan homogen kadar airnya, agar hasil lebih akurat.

22

DAFTAR PUSTAKA Desrosier, N. W. 1988. Teknologi Pengawetan Pangan. Edisi III. Penerjemah Muchji Mulyohardjo. Jakarta: Universitas Indonesia. Fadilah, dkk. 2010. Pengaruh Metode Pengeringan Terhadap Kecepatan Pengeringan Dan Kualitas Karagenan Dari Rumput Laut Eucheuma Cottonii. Program Studi Teknik Kimia FT Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Geankoplis,C.J. 1993. Transport Process and Unit Operation, Third Edition. Prantice Hall. Muchtadi dan Tien, R. 1989. Teknologi Proses Pengolahan Pangan. Institut Pertanian Bogor: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi. Mujumdar. A.S. 2006. “Handbook of Industrial Drying”. Taylor and Francis Group.

23