Pemeriksaan Fisik Sistem Neurologi 4e2c39

OLEH : Ns. I GST A.A. PUTRI M, S.Kep. M.Kes

PENDAHULUAN  Nourologi  Ilmu Kedokteran yang mempelajari

==> Kelainan ==> Gangguan fungsi ==> Penyakit ==> Kondisi lain

Pada sistem saraf manusia

lanjutan  Dalam rangka menegakkan diagnosis penyakit

persyarapan dan diagnosa keperawatan maka diperlukan :  Anamnesis  Pemeriksaan fisik  Pemeriksaan mental  Laboratorium

lanjutan  Pemerksaan Neurologis meliputi • Fungsi cerebral • Fungsi nervus cranialis • Fungsi sensorik • Fungsi motorik • Fungsi reflek

Lanjutan  Dengan berkembangnya teknologi kedokteran,

banyak alat dan fasilitas  bantuan untuk ==> Mendiagnosis penyakit ==> Menilai perkembangan/perjalanan penyakit

A. ANAMNESA Perlu tanyakan keluhan utama ==> sejak kapan timbulnya ? ==> bagaimana sifat serta berat keluhanya ==> bagaimana lokasi serta penjalaranya ==> hubungan dengan waktu ==> apakah ada keluhan lain yang ada kaitanya ==> apakah ada pengobatan sebelumnya ?, hasil ? ==> apa ada faktor yang memperberat/meringankan keluhan

lanjutan Pada permasalahan persyarapan dapat ditanyakan keluhan dengan menanyakan 1. Nyeri kepala 2. Muntah 3. Vertigo 4. Gangguan pendengaran 5. Gangguan penglihatan 6. Gangguan kesadaran 7. Gangguan saraf otonom dan motorik 8. Gangguan sensibilitas

B. PEMERIKSAAN TINGKAT KESADARAN Prinsip = untuk mengetahui tingkat kesadaran 1.

SKALA KOMA GLAS GOW • Respon penderita terhadap rangsangan • Memberi nilai pada respon tersebut • Respon menbuka mata (Eye/E) • Respon verbal (V) • Respon motorik (M)

 Cara menghitung GCS adalah 1. Reflek membuka mata (E)

4 = membuka mata spontan 3 = membuka mata dg rangsangan suara 2 = membuka mata dg rangsangan nyeri 1 = tidak ada respon

lanjutan 2.

Refleks verbal (V) 5 = Orientasi baik 4 = Kata baik, kalimat baik, tapi isi percakapan membingungkan 3 = Kata-kata baik tapi kalimat tidak baik 2 = Kata-kata tidak dapat dimengerti hanya mengerang 1 = Tidak keluar suara

lanjutan 3.

Refleks motorik (M) 6 = Melakukan perintah dengan benar 5 = Mengenali nyeri lokal tapi tidak melakukan perintah dengan benar 4 = Dapat menghindari rangsangan dg tangan fleksi 3 = Hanya dapat melakukan fleksi 2 = Hanya dapat melakukan ekstensi 1 = Tidak ada gerakan

Cara penulisan berurutan E-V-M sesuai nilai yang

didapat c/. Penderita yg sadar = Compos Mentis pasti GCS-nya 15 (E4 V5 M6) . Penderita yg coma dalam GCS-nya 3 (E1 V1 M1) . Bila salah satu reaksi tidak bisa dinilai  kedua mata bengkak, V dan motorik normal ==> X – V5 – M6

lanjutan . Bila ada trakhiostomi sedangkan E dan M normal ==> E4 –X- M6 . Bila tetra parese sedangkan E dan V normal ==> E4 – V5 –X * GCS tidak dipakai untuk menilai tingkat kesadaran pada anak berumur kurang dari 5 tahun

2. DERAJAT KESADARAN • Sadar = dapat berorientasi dan berkomunikasi • Somnolens = Dapat digugah dengan berbagai stimulasi

bereaksi S/ motorik/verbal

kemudian terlena lagi (gelisah/tenang

lanjutan • Stupor = gerakan spontan, tjd refleks thd

rangsangan nyeri  pendengaran dg suara keras  verbalisasi terjadi tapi terbatas pada satu/dua kata saja • Semi koma = tidak terdapat respon verbal,  reaksi rangsangan kasar  C/ menghindari tusukan • Koma = tidak bereaksi terhadap stimulus

3. KUALITAS KESADARAN • Compos mentis : bereaksi secara adekuat • Abstensia drowsy/kesadaran tumpul - tidak tidur / tidak waspada - perhatian sekeliling berkurang - cenderung mengantuk • Confused / Bingung : - Disorientasi terhadap tempat - Disorientasi terhadap orang - Disorientasi terhadap waktu

lanjutan • Delerium :

- Mental / motorik kacau - Ada halusinasi - Kekacauan pikiran • Apatis : - Tidak tidur - Acuh tak acuh - Tidak bicara - Pandangan hampa

Gangguan Fungsi Cerebral meliputi :

 Gangguan komunikasi  Gangguan intelektual  Gangguan prilaku  Gangguan emosi

Pengkajian Status Mental / Kesadaran meliputi :

 Glasgow Coma Scala (GCS)  Orientasi (orang, tempat, waktu)  Memori  Interprestasi  Komunikasi

C. PEMERIKSAAN RANGSANGAN MENINGEAL 1.

Kaku kuduk Memeriksa kaku kuduk dapat dilakukan dengan : a. Tangan pemeriksa ditempatkan di bawah kepala pasien yang sedang berbaring b. Kemudian kepala ditekukkan (fleksi) dan diusahakan agar dagu mencapai dada. c. Selama penekukan ini diperhatikan adanya tahanan. d. Bila terdapat kaku kuduk kita dapatkan tahanan dan dagu tidak mencapai dada. e. Kaku kuduk dapat bersifat ringan atau berat. f. Pada keadaan yang ringan, kaku kuduk dinilai dari tahanan yang dialami waktu menekukkan kepala.

LANJUTAN 2. Tanda laseque Pemeriksaan dilakukan : a. Pasien berbaring lurus, b. lakukan ekstensi pada kedua tungkai. c. Kemudian salah satu tungkai diangkat lurus, di fleksikan pada sendi panggul. d. Tungkai yang satu lagi harus berada dalam keadaan ekstensi / lurus. e. Normal : Jika kita dapat mencapai sudut 70 derajat sebelum timbul rasa sakit atau tahanan. f. Laseq (+) = bila timbul rasa sakit atau tahanan sebelum kita mencapai 70 derajat

lanjutan 3. Tanda Kerniq Pemeriksaan dilakukan : a. Pasien berbaring lurus di tempat tidur. b. Pasien difleksikan pahanya pada sendi panggul sampai membuat sudut 90 derajat, c. Setelah itu tungkai bawah diekstensikan pada persendian lutut. d. Biasanya dapat dilakukan ekstensi sampai sudut 135 derajat, antara tungkai bawah dan tungkai atas. e. Tanda kerniq (+) = Bila terdapat tahanan dan rasa nyeri sebelum tercapai sudut 135 derajat

lanjutan 4. Tanda Brudzinsky I Pemeriksaan dilakukan sebagai berikut : a. Pasien berbaring di tempat tidur. b. Dengan tangan yang ditempatkan di bawah kepala pasien yang sedang berbaring, kita tekukkan kepala sejauh mungkin sampai dagu mencapai dada. c. Tangan yang satunya lagi sebaiknya ditempatkan di dada pasien untuk mencegah diangkatnya badan. d. Brudzinsky I (+) ditemukan fleksi pada kedua tungkai.

lanjutan 5. Tanda Brudzinsky II Pemeriksaan dilakukan seagai berikut : a. Pasien berbaring di tempat tidur. b. Satu tungkai di fleksikan pada sendi panggul, tungkai yang satu lagi berada dalam keadaan lurus. c. Brudzinsky I (+) ditemukan tungkai yang satu ikut pula fleksi, perhatikan apakah ada kelumpuhan pada tungkai.

D. PEMERIKSAAN KEKUATAN MOTORIK 1.

Inspeksi - Perhatikan sikap pasien waktu berdiri, duduk, berbaring dan bergerak, - Perhatikan bentuknya apakah ada deformitas, - Perhatikan ukuran nya apakah sama bagian tubuh kiri dan kanan - Perhatikan adanya gerakan abnormal yang tidak dapat dikendalikan seperti tremor, khorea, atetose, distonia, ballismus, spasme, tik, fasikulasi dan miokloni.

lanjutan 2. Palpasi - Pasien disuruh mengistirahatkan ototnya - Palpasi otot untuk menentukan konsistensi dan nyeri tekan, tonus otot 3. Pemeriksaan gerakan aktif - Pasien disuruh menggerakan bagian ekstremitas atau badannya dan kita pemeriksa menahan gerakan tersebut - Kita pemeriksa menggerakkan bagian ekstremitas atau badan pasien dan disuruh ia menahan

lanjutan Penilaian status motorik dilakukan dengan melihat : Fungsi motoris dengan menilai : Besar dan bentuk otot, tonus otot dan kekuatan otot ekstremitas (skala 0 – 5) 1) 0 = tidak ada gerakan 2) 1 = kontraksi otot minimal terasa tanpa menimbulkan gerak 3) 2 = otot dapat bergerak bila gaya berat dihilangkan 4) 3 = gerakan otot dapat melawan gaya berat tapi tidak bisa thd tahanan pemeriksa 5) 4 = gerakan otot dg tahanan ringan pemeriksa dan dapat melawan gaya berat 6) 5 = gerakan otot dg tahanan maksimal pemeriksa

lanjutan 4. Pemeriksaan gerakan pasif 5. Koordinasi gerak

E. PEMERIKSAAN SENSORIK 1. Pemeriksaan sensibilitas : Pemeriksaan rasa raba, pemeriksaan rasa nyeri, Pemeriksaan rasa suhu 2. Pemeriksaan rasa gerak dan rasa sikap 3. Pemeriksaan rasa getar 4. Pemeriksaan rasa tekan 5. Pemeriksaan rasa interoseptif : perasaan tentang organ dalam 6. Nyeri rujukan

F. PEMERIKSAAN NERVUS CRANIALIS 1.

Pemeriksaan N. I : Olfaktorius

Fungsi : Sensorik khusus (menghidu, membau) Cara Pemeriksaan : a. Periksa lubang hidung, apakah ada sumbatan atau kelainan setempat, misalnya ingus atau polip, karena dapat mengurangi ketajaman penciuman. b. Gunakan zat pengetes yang dikenal sehari-hari seperti kopi, teh, tembakau dan jeruk.

lanjutan c. Jangan gunakan zat yang dapat merangsang mukosa hidung (N V) seperti mentol, amoniak, alkohol dan cuka. d. Zat pengetes didekatkan ke hidung pasien dan disuruh pasien menciumnya e. Tiap lubang hidung diperiksa satu persatu dengan jalan menutup lobang hidung yang lainnya dengan tangan.

lanjutan 2. Pemeriksaan N. II : Optikus Fungsi : Sensorik khusus melihat Tujuan pemeriksaan : a. Mengukur ketajaman penglihatan / visus dan menentukan apakah kelaianan pada visus disebabkan oleh kelaianan okuler lokal atau kelaianan syaraf. b. Mempelajari lapangan pandangan c. Memeriksa keadaan papil optik

lanjutan Cara Pemeriksaan : Jika pasien tidak mempunyai keluhan yang berhubungan dengan nervus II dan pemeriksa juga tidak mencurigai adanya gangguan, maka biasanya dilakukan pemeriksaan nervus II , yaitu : a. Ketajaman penglihatan b. Lapangan pandangan

lanjutan 3. Pemeriksaan N. III Okulomotorius Fungsi : Sematomotorik, visero motorik Meninervasi m. Rektus internus (medialis), m. Rektus superior dan m. Rektus inferior, m levator palpebra, serabut visero motorik mengurus m. Sfingter pupil dan m. Siliare (lensa mata).

lanjutan 4. Pemeriksaan N. IV Trokhlearis Fungsi : Somatomotorik Menginervasi m. Obliqus superior. Kerja otot ini menyebabkan mata dapat dilirikkan ke bawah dan nasal.

lanjutan 5. Pemeriksaan N. V Trigeminus Fungsi : Somatomotorik, somatosensorik Bagian motorik mengurus otot-otot untuk mengunyah, ayitu menutup mulut, menggerakkan rahang ke bahwa dan samping dan membuka mulut. Bagian sensorik cabang Oftalmik mengurus sensibilitas dahi, mata, hidung, kening, selaput otak, sinus paranasal dan sebagian mukosa hidung.

lanjutan 6. Pemeriksaan N. VI Abdusen Fungsi : Somatomotorik Meninervasi m. Rektus eksternus (lateralis). Kerja mata ini menyebabkan lirik mata ke arah temporal 7. Pemeriksaan N. VII Fasialis Fungsi : Somatomotorik, viseromotorik, viserosensorik, pengecapan, somatosensorik Cara Pemeriksaan fungsi motorik :

lanjutan 8. Pemeriksaan N. VIII Akustikus Fungsi : Sensorik khusus pendengaran dan keseimbangan Cara Pemeriksaan syaraf kokhlerais : a. Ketajaman pendengaran b. Tes swabach c. Tes Rinne d. Tes weber

lanjutan 9. Pemeriksaan N. IX Glossofaringeus Fungsi : Somatomotorik, viseromotorik, viserosensorik, pengecapan, somatosensorik 10. Pemeriksaan N. X Vagus Fungsi : Somatomotorik, viseromotorik, viserosensorik, somatosensorik

lanjutan 11. Pemeriksaan N. XI aksesorius Fungsi : Somatomotorik a. Untuk mengukur kekuatan otot sternocleidomastoideus b. Mengukur kekuatan otot trapezius 12. Pemeriksaan N. XII Hipoglosus Fungsi : Somatomotorik

G. PEMERIKSAAN REFLEK FISIOLOGIS 1.

Reflek tendon dalam (bisep dan trisep) Derajatnya : 0 = absen reflek 1=Menurun 2 = Normal 3 = Hiperreflek 4 = Hiperreflek dengan klonus

2.

Reflek superficial a. Reflek kulit perut : epigastrium T 6-9, abdomen tengah T 9-11, Hiogastrium T 11-L1. Abdomen digores dari arah luar menuju umbilikus --- kontraksi dinding perut

lanjutan b. Kremaster ( L 1-2) Paha bagian dalam digores—kontraksi kremaster dan penarikan testis ke atas c. Reflek anus ( S3-4-5) Pakai sarung tangan ujung jari dimaasukkan kedalam cincin anus terasa kontraksi spingter ani d. Reflek bulbokavernosus Kulit penis atau glan dicubit terlihat kontraksi bulbokavernosus

lanjutan 3. Reflek Plantar ( L 5, S 1-5) Telapak kaki dirangsang akan timbul fleksi jari kaki seperti pemeriksaan Babinski

H. PEMERIKSAAN REFLEK PATOLOGIS 1. Babinski Telapak kaki digores dari tumit menyusur bagian lateral menuju pangkal ibu jari, timbul dorso fleksi ibu jari dan pemekaran jari-jari lainnya. 2. Chadock Tanda babinski akan timbul dengan menggores punggung kaki dari arah lateral ke depan 3. Openheim Mengurut tibia dengan ibu jari, jario telunjuk, jari tengah dari lutut menyusur kebawah (+ = babinski)

lanjutan 4. Gordon Otot gastroknemius ditekan (+ sama dengan Babinski) 5. Scahaefer Tanda babinski timbul dengan memijit tendon Achiles 6. Rosollimo Mengetok bagian basis telapak jari kaki (+) fleksi jari-jari kaki 7. Mendel Rechterew Mengetok bagian dorsal basis jari kaki. (+) fleksi jari kaki 8. Hoffman –Trommer Positif timbul gerakan mencengkram pada petikan kuku jari telunjuk atau jari tengah

PEMERIKSAAN PENUNJANG PADA SISTEM NEUROLOGI Pendahuluan • Beberapa dasa warsa Ilmu Kedokteran Neurologi maju dan berkembang dengan pesatnya. • Banyak alat dan fasilitas kesehatan canggih yang tersedia memberikan bantuan yang sangat penting dalam mendiagnosis penyakit dibagian neurologi. • Sampai saat ini perlu memupuk kemampuan medis dan paramedis untuk melihat, mendengar, merasa, mengobservasi keadaan pasien. • Dengan pemeriksaan, anamnesis, fisik dan mental yg cermat tenaga kesehatan dapat menentukan diagnosis dan pemeriksaan penunjang yg dibutuhkan.

A. PEMERIKSAAN LUMBAL PUNGSI (LP)  Difinisi : o Suatu upaya pengeluaran cairan serebrospinal dengan memasukkan jarum ke dalam ruang subarakhnoid (Brunner and Suddarth,s. 1999) o Jarum berlubang besar disuntikkan ke ruang subarakhnoid pada tingkat spasium L3-4/L4-5 dan contoh cairan serebrospinal di ambil (Hudak & Gallo, 1996). o Merupakan pengambilan cairan serebrospinal untuk pemeriksaan mikroskopis analisis kimia (Jastremski,dkk, 1996).

lanjutan  Tujuan o Mengukur tekanan CCS o Menentukan ada/tidaknya darah pada CCS o Untuk mendeteksi adanya blok subarakhnoid spinal o Untuk memberikan antibiotic intrathekal ke dalam kanalis spinal  kasus infeksi

lanjutan  Indikasi o Untuk diagnostik/persiapan pemeriksaan yang di curigai miningitis,encephalitis,tumor malignan. o Mengidentifikasi adanya darah dalam CCS akibat trauma/perdarahan subarakhnoid. o Memasukkan cairan/obat ke dalam subarakhnoid. o Mengidentifikasi tekanan intrakarnial/intraspinal. o Memasukan obat: therapi antibiotika/sitotoksik.

lanjutan  Kontra Indikasi o Infeksi dekat tempat penusukan o Kontaminasi dari infeksi akan menyebabkan miningitis o Pasien dengan peningkatan tekanan intracranial o Heniasi serebral o Pasien dengan penyakit sendi vetebra degeneratif

B. PEMERIKSAAN CT SCAN (COMPUTERIZED AXIAL TOMOGRAFI) Difinisi  Suatu prosedur yang digunakan untuk mendapatkan gambaran dari berbagai sudut kecil tulang tengkorak dan otak (Brunner & Suddarth, 2002)

lanjutan Prinsip Kerja

Film penerima proyeksi sinar diganti dengan alat detektor yang berguna : ==> Mencatat semua sinar secara berdipensiasi. ==> Mengkombinasikan tiga pesawat detektor.  Dua pesawat menerima sinar yang telah menembus tubuh  Satu pesawat sebagai detektor eferen mengukur intensitas sinar RO yang telah menembus tubuh

lanjutan Tujuan  Menemukan patologi otak dan medullaspinalis.  Dapat melihat tumor jaringan lunak/cedera ligamen/tendon.  Untuk mendeteksi gambaran lesi dan tumor, hematoma. ==>Tumor ==> Hematoma ==> Abses ==> Perubahan paskuler :

lanjutan = Malformasi = Naik/turunya vaskularisasi = Infak Brain Contusio = Brain Atrofi = Hydrocephalus = Inflamasi  Indikasi : o Tumor, massa

o Aneurisma o Abses o Lesi pada hilus/mediastinal.

lanjutan Kontra Indikasi : • Pasien dengan alergi • Pasien asthma • Pasien yang memiliki masalah ginjal  Persiapan pasien dan keluarga ?

C. PEMERIKSAN MRI (Magnetic Resonance Imaging) Difinisi : • Salah satu bentuk pemeriksaan RO yang menggunakan prinsip magnetisasi. • Dapat menggambarkan dengan sangat jelas dan kontras berbagai bagian organ tubuh. • Teknik pencitraan khusus, noninovasif yang menggunakan medan magnet, gelombang radio dan computer untuk melihat abnormalitas.  Tumor  Penyempitan jaringan lumak (otot, tendon, tulang rawan)  Bronner & Suddarth, 2002

lanjutan Tujuan • Untuk mendapatkan gambaran yang sangat jelas berbagai orgam tubuh • Untuk dapat memperlihatkan abnormalitas :  Tumor  penyempitan berbagai organ di : - Otot - Tendon - Tulang rawan

lanjutan Indikasi : o Dapat dilakukan pada berbagai organ dan sistem tubuh o Dapat digunakan untuk berbagai kelainan :  Dibidang saraf  Di anggota gerak tubuh  Tumor  Penyakit jantung

lanjutan Di bidang saraf : - Stroke - Tumor otak - Kelainan mielinisasi otak - Gangguan aliran cairan otak (Hydrocephalus) - Beberapa bentuk infeksi otak - Gangguan pembuluh otak.

lanjutan  Dibidang Muskuloskeletal : - Tumor jaringan tulang/otot -Kelainan saraf tulang belakang. -Tumor spinal. `  Dibidang kardiologi : - Pembuluh darah bear - Pemeriksaan MRA (Magnetik Resonance Angiografi) carotis Kontra Indikasi :  Pada wanita hamil muda (tri semester I)

D. PEMERIKSAAN EEG (ELECTRO ENCEFALO GRAFI) Difinisi : o Suatu cara untuk merekam aktifitas listrik otak melalui tengkorak yang utuh o Alat yang digunakan untuk merekam aktifitas umum listrik di otak dengan meletakkan elektroda-elektroda pada daerah kulit kepala. Tidakan ini memberikan kajian fisiologis aktifitas cerebral (Brunner & Suddarth, 2002) Tujuan : o Untuk mendiagnosis gangguan fungsional o Berbagai indikator kematian otak

lanjutan Indikasi : o Penderita dicurigai/dengan epilepsi o Untuk membedakan kelainan otak organik o Mengidentifikasi infak pembulih darah o Pada adanya lesi (tumor, hematom, abses) o Diagnosa retardasi mental/over dosis obat o Menentukan kematian jaringan otak

lanjutan Kontra Indikasi  Adanya luka luas di kulit kepala.

Bagaimana persiapan pasien dan keluarga pasien ?

Daftar Pustaka Lumbantobing (2000) Neurologi Klinik, Pemeriksaan Fisik dan Mental, FKUI, Jakarta Brunner and Suddarth’s. 1999. Medical Surgical Nursing. 9th Edition. Lippincot : Philadelphia Hudak dan Gallo. (1996). Keperawatan Kritis. Jakarta: EGC Smeltzer Suzanne C. (2002) Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth jilid III. Alih bahasa Agung Waluyo, dkk. Editor Monica Ester, dkk. Ed. 8. Jakarta : EGC.

Terima Kasih